Satu Tim, Satu Keluarga.

Lulus dari TPB, gw masuk ke Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Harapan besar ada di kepala gw, karena FEM saat itu dihuni pemain-pemain futsal terbaik di IPB. Sebut saja Bang Azra, Bang Galuh, Bang Dimas, Bang Betet, Bang Edo, sampai Bang Beph. Benar saja, ditahun pertama membela FEM di OMI 2011, gw langsung ngerasain yang namanya jadi juara, meskipun pada kenyataannya gw main cuma disuruh nyolok-nyolokin bola sama bertahan aja. Ada sedikit ganjelan, FEM ini tim hebat, tapi sangat bergantung ke senior-senior ekstensi dari Diploma.

Kekhawatiran terjawab. Tahun selanjutnya, FEM ditinggal seluruh jagoan-jagoannya. Meskipun ada tambahan pemain dari angkatan 47, ternyata FEM ga mampu berbicara banyak di OMI 2012. FEM gagal lolos grup!!!!!!

Didasari atas kekhawatiran ini, gw dan manusia paling menyebalkan yang bernama Deno mencoba untuk menata tim ini dari awal. Meskipun banyak perbedaan pendapat, tapi gw sama Deno punya satu kesamaan pandangan, tim ini harus didasari Kekeluargaan. Berbekal sedikit ilmu yang pernah kita dapet di UKM Futsal IPB, kita coba untuk memimpin latihan tim Futsal FEM, yang memang selama ini tidak terstruktur. Kita ga berpikir tentang kualitas latihan, tapi bagaimana menjaga komunikasi dan menghilangkan gap antar pemain yang selama ini kita nilai renggang. Di akhir tahun 2012, Deno mengambil langkah gila. Ditengah minimnya persiapan, dia berinisiatif mengikutsertakan Futsal FEM ke turnamen antar FE di Unpad, Bandung. Karena minimnya persiapan serta seleksi pemain, gw sama Deno memilih untuk memasukkan pemain-pemain yang kita nilai berpotensi berdasarkan Sportakuler tahun itu tanpa melakukan seleksi terbuka. Namun kita dibantu oleh keadaan. Kehadiran pemain dari TPB 48 benar-benar melengkapi puzzle yang selama setahun ini hilang.

Satu pertanyaan, siapa yang mendampingi FEM di Bandung nanti? Tidak ada satupun senior yang bersedia. Bang Beph pun memilih jadi pemain (saat itu dia sudah S2 di FEM). Pilihan jatuh ke Bang Faris (Fapet 44) karena dia bersedia dan menurut kita cocok dengan karakter FEM. FEM pun berangkat ke Bandung. Meskipun tidak berbicara banyak di turnamen tersebut, ada satu poin positif yang menurut gw sangat krusial. Pertama kalinya kita seatap dalam beberapa hari, membuat rasa kekeluargaan mulai muncul diantara pemain. Kekeluargaan ini terus terasa sampai turnamen FEUI di awal tahun 2013.






OMI tahun 2013 pun tiba. Datang dengan label tim non-unggulan karena prestasinya tahun lalu, ternyata FEM, yang kala itu didampingin Bang Beph, terus dinaungi keberuntungan sepanjang turnamen. FEM juara OMI 2013!!!!! Meskipun selama turnamen gw jarang main, bahkan gabisa hadir di Final karena cedera, gw bisa ngerasain kemenangan saat itu seperti membayar semua kerja keras tim selama setahun. Gw mulai jatuh cinta ke tim ini!!




Di tahun 2013 gw berhasil menyelesasikan tugas akhir gw. Seminar dan sidang Alhamdulillah diselesaikan sampai akhir tahun 2013. Setelah semuanya selesai, gw berencana untuk segera mencari kerja. Ternyata FEM kembali berencana berangkat ke Bandung di awal tahun 2014. Permintaan untuk mendampingi FEM ke Bandung gw terima tanpa pikir panjang, karena gw memang ingin mencoba merasakan mendampingi sebuah tim di turnamen resmi. Gw sama Deno yang saat itu belom lulus, sukurin menemani tim selama persiapan ke Bandung. Ada kalimat dari Deno yang selalu gw inget saat itu, "kita bisa pergi dengan tenang, Pel". Mungkin dia melihat tim ini semakin lengkap dengan adanya tambahan bakat-bakat dari pemain 49.

Berangkatlah FEM untuk kedua kalinya ke Bandung dengan Deno yang masih belum lulus juga sebagai pemimpin di lapangan. Berhasil lolos dari grup dan dikalahkan oleh sang Juara di turnamen itu menjadi bekal yang cukup baik bagi gw yang pertama kalinya jadi pembantu di pinggir lapangan. Kekeluargaan kembali menjadi nilai tambah ketika turnamen ini selesai.




Menjelang OMI 2014, FEM kembali ikut turnamen FEUI dengan prestasi yang semakin baik dari tahun sebelumnya. Dikalahkan oleh UNJ di babak perempatfinal cukup untuk menambah jam terbang pemain sebelum OMI 2014.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. OMI 2014 datang!! Dengan label sebagai juara bertahan, serta hasil-hasil positif di turnamen Unpad dan FEUI membuat FEM datang dengan kepala tegak. Ternyata saat itu Deno yang kampretnya mendapat pekerjaan lebih dulu dari gw. Akhirnya gw meminta dia untuk mendampingi tim ini di OMI, dengan alasan gw fokus untuk mencari pekerjaan (dan memang saat itu banyak tes-tes masuk kerja). Namun kenyataanya harapan tidak sesuai dengan hasil. Ternyata persiapan tim lain lebih baik dibandingkan dengan FEM. Hasil drawing yang tidak menguntungkan, persiapan pra-turnamen yang minim serta "mengurangnya" kerja keras pemain membuat FEM gagal lolos dari grup. Seketika FEM menjadi tidak diunggulkan untuk tahun depan. *dan gw pun belom dapet-dapet pekerjaan pfffft*

Kekalahan di OMI 2014 membuat kondisi tim menjadi tidak kondusif. Banyak pemain menghilang dan mulai absen di tiap latihan. Saat itu Deno mendapat penempatan di luar Jawa dan memaksa gw untuk mendampingi tim ini sendirian. Gw yang saat itu belum juga mendapatkan pekerjaan tetap akhirnya bersedia untuk terus mendampingi tim di tengah kondisi yang tidak kondusif itu. Minat pemain untuk futsal mulai memudar. Kebosanan sepertinya mulai menghampiri mereka.

Kondisi ini terus memuncak!!!  Di awal tahun 2015 gw memilih untuk mundur karena udah ga tahan dengan kondisi kayak gitu. Tiap latihan sepi. Gw coba luangin waktu buat tim ini, ternyata tidak mendapatkan timbal balik yang layak. Akhirnya gw melepas tim ini untuk mengelola secara mandiri.

Beberapa bulan setelahnya gw mendapat kabar FEM berencana ikut turnamen FE di UNS Solo. Ade, menejer FEM saat itu, meminta gw untuk mendampingi FEM di Solo. Gw ngerasa ending gw di FEM ga bagus kalo gw mundur saat itu. Akhirnya gw ikut FEM ke Solo dengan persiapan yang minim. Benar saja, FEM "dibully" di Solo. 3 pertandingan dilalui dengan kekalahan. Saat itu gw curhat ke Bang Beph. Dia bilang, "FEM berangkat seperti dengan orientasi lain, To. Orientasi mereka sepertinya bukan untuk futsal, tapi sekedar jalan-jalan". Gw coba memikirkan kata-kata Bang Beph selama disana. Gw lihat pemain-pemain FEM kalah disana bukan tanpa usaha. Mereka berjuang, namun kalah siap. Gw ga setuju sama Bang Beph. Satu poin positif kembali muncul pasca turnamen Solo. Pemain mulai sadar tentang pentingnya latihan dan kekeluargaan di tim ini sudah mulai kondusif. Hal positif ini yang akhirnya membuat gw bisa meninggalkan tim ini dengan tenang.




Pasca dari Solo, FEM kembali mengikuti FEUI di tahun 2015. Meskipun sempet hadir di beberapa latian FEM, gw tegaskan kalo gw gabisa mendampingi mereka di turnamen itu karena keputusan yang udah gw ambil. Terlebih saat itu Alhamdulillah gw udah mendapatkan pekerjaan. Akhirnya gw merekomendasikan Anugrah, rekan satu tim di UKM IPB, untuk mendampingi mereka di Ciracas. Gw melepas tim ke Anu dengan tanpa pikir panjang karena gw tau kualias yang dimiliki Anu, serta jam terbang yang jauh lebih banyak dibanding gw. Sempat terseok-seok di awal turnamen, tim ini mulai bangkit. FEM mengalahkan PERBANAS di babak knockout!!! Sebuah prestasi membanggakan meskipun setelahnya harus mengakui keunggulan STMT Trisakti. Pemain terlihat semakin bekerja keras serta berjuang selama pertandingan. Jujur saat itu gw nyesel karena pengunduran diri gw membuat persiapan FEM di FEUI jadi minim. Mungkin jika persiapan lebih baik, FEM layak untuk maju ke semifinal!!!




OMI 2015 pun datang. Anu dengan berat hati tidak bisa mendampingi FEM di OMI karena masalah pekerjaan. Gw kembali diminta Ade buat menemani tim ini. Semaleman gw mikirin hal ini. Berlebihan, tapi jujur. Akhirnya gw memutuskan terima tawaran Ade karena gw ngerasa bersalah ninggalin FEM waktu sebelum FEUI. Persiapan OMI juga tergolong minim, tapi entah kenapa gw ngerasa tim ini mampu berbicara banyak di OMI tahun ini.

FEM, yang berlabel non-unggulan, berada di "Grup Neraka" bersama Diploma, FMIPA, dan Fahutan. Laga pertama FEM kalah 0-2 dari Diploma. Kekalahan yang sangat disesalkan karena FEM menguasai pertandingan. Selanjutnya FEM mulai bangkit dengan mengalahkan FMIPA 4-2. Skor kecil, tapi cukup untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Di laga pamungkas "El Classico" melawan Fahutan, FEM sempat tertinggal 0-2. Disini keajaiban terjadi. Saat jeda, gw meminta pemain untuk percaya akan kemampuan diri sendiri tanpa harus mengandalkan orang lain. Hasilnya, FEM membalikkan keadaan menjadi 3-2 dan menegaskan FEM belum terkalahkan dari Fahutan selama beberapa tahun terakhir. Walaupun kemenangan ini ga cukup membawa FEM lolos dari grup, tapi secara keseluruhan gw bangga sama kerja keras tim ini, dan membuat gw berpikir "Ini saat yang tepat". Gw ngerasa telah melunasi hutang yang selama ini gw tinggal, meskipun ga sempurna.




Berikut gw review pemain-pemain hebat yang selama ini pernah berjuang bareng-bareng sama gw di FEM selama 2 tahun terakhir :
  1. Cui : Kembaran Oscar. Dari muka sampe cara bermain. Pemain dengan skill dan kreativitas yang cukup mumpuni. Meskipun sering salah mengambil keputusan dan memiliki fisik yang lemah, pemain ini menjadi langganan starting line up sejak masuk ke FEM.
  2. Eja : Predikat sebagai topscorer OMI 2011, membuat kehadirannya cukup membuat senang gw sebagai senior. Ketenangan dalam membaca permainan lawan, serta memiliki daya juang tinggi meskipun melawan pemain-pemain berbadan besar, membuat pemain ini juga selalu dipercaya mengisi starting line up FEM. Emosi yang meledak-ledak menjadi kekurangannya ketika ditempatkan di tempat yang salah.
  3. Mikhen : "Gattuso"-nya FEM. Daya juang serta rasa tidak ingin kalah yang tinggi membuat pemain ini menjadi alternatif tim saat defense. Karakter yang melengkapi FEM yang terkenal dengan offense-nya.
  4. Bagas : Sang pemecah kebuntuan. Jarang mendapatkan porsi, pemain ini selalu tahu cara untuk menunjukkan bahwa dirinya berperan untuk tim. Menjadi pencetak gol-gol FEM di saat genting, pemain ini menjadi contoh bahwa seluruh pemain memiliki peran di tim.
  5. Bayu : Sang seniman. Tidak ada yang menyangka sang vocalis ini masuk ke dalam skema gw. Defense kuat dan gigih menjadi salah satu ciri khasnya.
  6. Ocoy : Menjadi salah satu pelengkap puzzle yang hilang. Semenjak ditinggal Bang Azra, FEM ga punya kiper yang mampu untuk memberikan rasa nyaman kepada pemain. Namun semua berubah ketika pemain ini datang. Dia berhasil mendominasi posisi di bawah gawang, bahkan tidak tergantikan hingga saat ini. Refleks serta keberaniannya membuat pemain tenang. Gw berharap dia bisa dapet pengganti yang sesuai saat dia pergi dari FEM nanti.
  7. Rendi : Dia memang belum bisa menggeser Ocoy dari tempat utama. Tapi ketika diberi kepercayaan, pemain ini tidak pernah mengecewakan. Selalu bermain sebaik yang dia bisa. Di tahun akhirnya di FEM, pemain ini memutuskan untuk meninggalkan tim. Sesuatu yang sangat disayangkan. 
  8. Ilham : Sang pelengkap. Kehadiran pemain ini menjadikan fakultas-fakultas lain iri dengan FEM. Skill, kecepatan serta kemampuan mencetak gol menjadi kelebihan pemain ini, dibuktikan dengan predikan sebagai topscorer OMI 2012. Satu-satunya kelemahannya adalah attitude di lapangan. Tapi entah kenapa gw mempercayakan dia sebagai kapten pengganti Deno. Ternyata pilihan gw ga salah. Meskipun dia ga bersikap jadi pemimpin, tapi jabatan kapten menjadikannya lebih dewasa dalam bermain dan mengambil keputusan. Suatu kemajuan yang signifikan.
  9. Zikhri : Si bengal. Permainannya eksplosif. Ditemuin sama si Deno saat Sportakuler 2012. Kemampuan shooting menjadi kelebihannya. Gw selalu percaya dia bisa menjadi supersub, dan dia selalu bisa buktiin itu.
  10. Alfin : Sang penyeimbang. Debut di Bandung langsung membuat gw yakin pemain ini punya masa depan di FEM. Kemampuan menyerang dan bertahan yang sama baik membuat dia selalu masuk dalam skema tiap pelatih yang mendampingi FEM. Namun di tahun terkahirnya bersama FEM, kemampuannya gw rasa menurun. Namun terlepas dari itu, dia memiliki konsistensi yang baik dari semenjak masuk FEM.
  11. Oky : Jujur gw gatau pemain ini sebelumnya. Bahkan gw gatau dia ada di tim TPB 48. Tapi pertama kali permainan dia, tanpa ragu gw langsung masukin di ke skema tim. Ketenangan serta pergerakan-pergerakan yang natural selalu jadi hal yang menarik. Walapun tidak konsisiten sepanjang tahun, pemain ini menjadi alternatif ketika tim mengalami kebuntuan.
  12. Fauzan : Kecepatan serta shooting yang baik menjadikannya sebagai rising star di tahun pertamanya masuk FEM. Sempat mengikuti berbagai turnamen bersama FEM, Pemain ini memilih untuk mundur di tahun terakhirnya di FEM, suatu hal yang sangat disayangkan.
  13. Ewok : Sang tembok. Sosok yang pas menggantikan peran Bang Edo yang sudah lama hilang. Hold and Play. Jadi salah satu kartu as ketika tim buntu bermain open play.
  14. Muhe : Sempat mencuri perhatian saat FEB Unpad 2014, pemain ini kurang menunjukkan permainan impresif di FEM setelah itu. Kecepatan dan kemampuan shootingnya belum bisa dimaksimalkan di FEM. Satu yang pasti, ketika dia tidak ada di dalam tim, tim ini bukanlah tim futsal FEM.
  15. Irman : Pergerakan eksplosif menjadi ciri khasnya. Namun pemahaman yang kurang terkait skema futsal membuat pemain ini belum menunjukkan permainan terbaiknya. Tapi gw yakin, pemain ini bisa menjadi pemain besar suatu saat nanti jika terus mengasah kemampuannya.
  16. Kipong : Muhe's Twin. Awalnya gw pikir pemain ini kiper. Ternyata dia seleksi jadi pemain. Gigih, rajin, dan tidak mau kalah jadi sifatnya yang paling positif. Pemain ini terus menunjukkan progress meningkat semenjak masuk FEM.
  17. Sobah : Pangeran kaca. Rentan dari cedera. Sempat tersingkirkan di awal dia masuk FEM. Namun dia berhasil mencuri perhatian setelah bermain impresif di FEUI 2015. Pejuang di lapangan.
  18. Ziry : Ga ada yang spesial dari pemain ini. Tapi entah kenapa gw ngefans sama dia. Dia mau belajar. Dia mau usaha. Dan yang pasti, seluruh instruksi dari gw dia jalanin dengan baik. Gw berharap banyak sama pemain satu ini.
  19. Uly : Sempet pesimis ketika ga kebagian pemain UKM dari angkatan 50. Tapi pemain ini membuktikan gw salah. Gw melihat sesuatu yang spesial dari pemain ini. Entah itu apa. Tapi pertandingan terakhir lawan Fahutan cukup membuktikan bahwa dia masih bisa terus berkembang di tahun-tahun selanjutnya.
  20. Lutfi, Yuda, Bambang, dan Bari : Kesempatan gw bertemu orang-orang ini tergolong sedikit. Sempat masuk tim, namun hilang entah kemana. Tapi apapun alasan mereka menghilang, mereka tetep jadi bagian yang ga terpisahkan dari tim futsal FEM.
  21. Ade : Partner di pinggir lapangan 2 tahun terakhir. Gigih, pekerja keras dan tabah menghadapi para pemain futsal FEM yang manja.
Tim ini memang kurang memiliki skill, kurang mengerti skema dan strategi futsal, tidak memiliki fisik prima, tidak memiliki mental baja, tidak memiliki pendukung fanatik. Tapi tim ini punya rasa KEKELUARGAAN yang membuat alam bawah sadar kita untuk berjuang, gigih, tangguh, tidak mau kalah dan senang ketika bermain di dalam lapangan, maupun berinterkasi diluar lapangan.

Dimanapun kalian, jadi siapapun kalian nanti, apapun konflik yang pernah terjadi diantara kita, jangan pernah lupain tim ini. Tim yang ngajarin kita berbagai hal, membentuk pribadi kita menjadi pemain dan orang yang kuat, tangguh, gigih, percaya diri sampai bekerja keras. Gw, Deno, Bang Beph dan alumni-alumni lain punya harapan besar kepada tim ini. Selalu dijaga kekompakan serta kekeluargaan udah kita bangun bareng-bareng selama beberapa tahun terakhir.


"No family is perfect...We argue, We fight. We even stop talking to each other at times. But in the end, Family is Family...The love will always be there.."

"Family... A group experience of love & support.."





Salam Hangat,


Fajar Cahyanugraha





*kalo ada sesuatu yang salah atau kurang mohon dimaklumi eheheheh*

Komentar

  1. gw sempet mendampingi tim ini di FEUI 2015, dan gw percaya sebenernya tim ini sangat potensial, pilihan pemain lengkap dalam hal skema main yg gw (sama fato) inginkan, hanya saja selalu kalah dalam hal persiapan menghadapi kompetisi.
    asal mau rajin latihan keras dan cerdas, ditambah "gengsi ga mau kalah" yang tinggi, gw percaya pemain2 ini bakal jadi pemain yang besar. ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer